Pura Besakih adalah salah satu kompleks pura paling besar dan terkenal di Bali. Berlokasi di lereng Gunung Agung, pura ini menjadi pusat spiritual umat Hindu Bali dan simbol kebudayaan yang kaya serta penuh sejarah. Pura ini juga dikenal dengan julukan "Mother Temple" atau "Pura Ibu" karena perannya yang sangat penting dalam kehidupan spiritual masyarakat Bali. Keindahan arsitektur yang berdiri megah dengan latar belakang alam Bali yang memesona, membuat Pura Besakih menjadi daya tarik utama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
1. Sejarah Pura Besakih
Pura Besakih telah ada sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Berdasarkan catatan sejarah dan arkeologi, pura ini pertama kali dibangun pada abad ke-8 oleh seorang tokoh Hindu bernama Rsi Markandeya, seorang pendeta dari Jawa yang dipercaya menemukan lokasi sakral ini saat beliau sedang melakukan perjalanan spiritual. Ia meletakkan dasar-dasar pertama dari Pura Besakih dengan melakukan upacara penanaman Panca Datu, yaitu lima jenis logam suci yang melambangkan kekuatan alam semesta.
Selama berabad-abad, Pura Besakih terus mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Berbagai raja-raja Bali turut memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan dan pemeliharaan pura ini. Beberapa raja dari Dinasti Gelgel, Klungkung, dan Karangasem bahkan memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperindah kompleks pura, menambahkan beberapa bangunan baru, serta menyelenggarakan upacara besar di Pura Besakih.
2. Kompleks Pura yang Luas
Pura Besakih tidak hanya terdiri dari satu pura utama, melainkan sebuah kompleks yang terdiri dari lebih dari 80 pura yang tersebar di area seluas kurang lebih tiga kilometer persegi. Pura-pura tersebut terbagi dalam beberapa kelompok, dengan tiga pura utama sebagai pusatnya yaitu Pura Penataran Agung Besakih, Pura Kiduling Kreteg, dan Pura Batu Madeg.
- Pura Penataran Agung Besakih adalah pura terbesar di kompleks ini dan menjadi pusat dari seluruh kegiatan keagamaan di Pura Besakih. Pura ini memiliki struktur bertingkat yang simbolis, melambangkan tujuh lapisan alam semesta.
- Pura Kiduling Kreteg melambangkan kekuatan Dewa Brahma, dewa pencipta dalam kepercayaan Hindu Bali. Sedangkan, Pura Batu Madeg menjadi simbol kekuatan Dewa Wisnu sebagai pelindung alam semesta.
Pura Besakih juga mencakup berbagai bangunan pendukung lainnya seperti bale (pendopo), meru (menara bertingkat), dan candi bentar yang menjadi pintu masuk utama ke beberapa area. Setiap bangunan memiliki makna filosofis yang mendalam, mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
3. Makna Filosofis Pura Besakih
Kompleks Pura Besakih dirancang dengan konsep Tri Hita Karana, yaitu filosofi hidup harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam. Selain itu, Pura Besakih juga dibangun berdasarkan konsep kosmologi Hindu Bali yang melibatkan pembagian ruang yang mencerminkan alam semesta (Tri Mandala). Pembagian ini mengelompokkan area pura berdasarkan tingkatan sakralitasnya, mulai dari bagian luar hingga ke bagian inti yang paling suci.
Setiap pura dalam kompleks ini didedikasikan untuk dewa-dewa yang berbeda dan menjadi tempat pemujaan masyarakat Bali. Pura Besakih diyakini sebagai tempat berkumpulnya roh leluhur serta tempat pertemuan kekuatan suci yang melindungi pulau Bali. Oleh karena itu, pura ini dianggap sebagai "Mother Temple" yang melindungi seluruh pulau Bali dan umat Hindu yang tinggal di sana.
4. Upacara dan Festival di Pura Besakih
Pura Besakih menjadi pusat dari berbagai upacara keagamaan penting di Bali, termasuk upacara Eka Dasa Rudra, Bhatara Turun Kabeh, dan piodalan.
- Upacara Eka Dasa Rudra adalah salah satu upacara terbesar yang diselenggarakan setiap seratus tahun sekali untuk menyeimbangkan kekuatan alam semesta dan membersihkan seluruh isi alam dari unsur-unsur negatif. Upacara ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 1963, yang menjadi salah satu upacara keagamaan terbesar dalam sejarah Bali.
- Bhatara Turun Kabeh adalah upacara tahunan di mana seluruh umat Hindu Bali berkumpul di Pura Besakih untuk memberikan persembahan dan doa bersama. Upacara ini biasanya dihadiri oleh ribuan umat dan diiringi dengan tarian sakral seperti Rejang dan Baris Gede.
- Piodalan merupakan upacara yang diadakan untuk memperingati hari jadi pura tertentu. Setiap pura di kompleks Besakih memiliki jadwal piodalan yang berbeda, sehingga hampir setiap bulan ada upacara yang dilakukan di Pura Besakih.
Setiap upacara di Pura Besakih diiringi dengan musik tradisional Bali seperti gamelan, dan setiap orang yang hadir mengenakan pakaian adat Bali, menciptakan suasana yang sangat khusyuk dan sakral.
5. Arsitektur yang Megah dan Indah
Arsitektur Pura Besakih merupakan salah satu daya tarik utama bagi wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Setiap pura di kompleks ini memiliki karakteristik arsitektur yang khas Bali, dengan dinding batu yang kokoh, ukiran rumit, dan dekorasi yang dihiasi dengan simbol-simbol Hindu.
Salah satu fitur paling mencolok dari Pura Besakih adalah menara bertingkat atau meru yang terdapat di beberapa pura. Meru memiliki jumlah tingkat yang berbeda-beda, dan setiap tingkat melambangkan level kesucian yang lebih tinggi. Pura Penataran Agung memiliki meru terbesar dengan sebelas tingkat, yang melambangkan kedekatan tertinggi dengan Tuhan.
Selain meru, Pura Besakih juga memiliki pintu gerbang yang megah dengan arsitektur khas Bali, lengkap dengan candi bentar dan gapura paduraksa. Pintu gerbang ini dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang menceritakan kisah dari ajaran Hindu dan peristiwa-peristiwa mitologis yang diyakini sebagai bagian dari sejarah pura ini.
6. Pesona Alam di Sekitar Pura Besakih
Pura Besakih terletak di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, yang membuatnya memiliki pemandangan alam yang menakjubkan. Dari kompleks pura, pengunjung dapat menikmati pemandangan pegunungan dan perbukitan yang hijau, persawahan yang luas, serta pemandangan Gunung Agung yang gagah berdiri di kejauhan. Gunung Agung sendiri dianggap sebagai gunung suci oleh masyarakat Bali dan sering dihubungkan dengan kehidupan spiritual di Pura Besakih.
Keindahan alam sekitar dan udara sejuk di sekitar Pura Besakih menambah kesakralan dari pura ini. Banyak wisatawan yang merasa tenang dan damai saat berada di tempat ini, seakan merasakan energi spiritual yang meliputi area pura. Bagi umat Hindu, pemandangan alam di sekitar Pura Besakih dianggap sebagai wujud nyata dari kebesaran Tuhan.
7. Tips Berkunjung ke Pura Besakih
Jika Anda berencana mengunjungi Pura Besakih, berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda merasakan pengalaman yang maksimal:
- Pakaian Adat: Pura Besakih adalah tempat suci, sehingga pengunjung diharapkan mengenakan pakaian yang sopan. Anda juga diwajibkan mengenakan kain dan selendang yang biasanya disediakan oleh pihak pura.
- Jaga Kesopanan dan Hati-Hati: Jangan melakukan tindakan yang tidak pantas di sekitar pura. Ingatlah bahwa Pura Besakih bukan hanya tempat wisata, tetapi juga tempat ibadah bagi umat Hindu.
- Patuhi Petunjuk: Banyak area di Pura Besakih yang terbatas untuk umum, terutama bagian inti pura yang hanya dapat dimasuki oleh umat Hindu yang akan bersembahyang. Pastikan Anda mematuhi petunjuk yang diberikan oleh petugas pura.
- Waktu Terbaik untuk Berkunjung: Waktu terbaik untuk mengunjungi Pura Besakih adalah saat pagi hari atau saat sore menjelang matahari terbenam, ketika cuaca tidak terlalu panas dan pemandangan lebih indah.
Pura Besakih adalah salah satu keajaiban budaya dan spiritual di Bali yang memiliki sejarah panjang dan penuh makna. Dengan kompleks pura yang megah, arsitektur yang menakjubkan, serta latar belakang Gunung Agung yang sakral, Pura Besakih adalah tempat yang tidak hanya menarik untuk dikunjungi secara wisata, tetapi juga menawarkan pengalaman spiritual bagi mereka yang mendalami kebudayaan dan kepercayaan Hindu Bali. Sebagai pura terbesar di Bali, Pura Besakih terus menjadi simbol kebudayaan dan spiritualitas yang mengakar kuat di pulau Dewata.
No comments:
Post a Comment